Selasa, 25 Mei 2010
Jumat, 07 Mei 2010
Tugas Proyek 2
Kamis, 15 April 2010
Perbedaan Pandangan Masyarakat Indonesia dan Inggris terhadap pendidikan anak usia dini;Tugas Kelompok L
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/indexphp/Search.html?act=tampil&id=9422
http://search.ebschohost.com/login.aspx?direct=true&db=a3h&AN=25779607&site=ehost-live
http://search.ebschohost.com/login.aspx?direct=true&db=a3h&AN=34082367&site=ehost-live
http://etd.eprints.ums.ac.id/3738/L/F100040123.pdf
Rabu, 10 Maret 2010
Love Psychology :Tugas 3
Tetapi, jika kita hanya melakukan apa yang kita sukai, maka kita tidak akan pernah mencapai suatu tahap pengembangan diri yang lebih baik.
So, buat teman-teman,,yuk kita mulai belajar menyukai apa yang kita kerjakan, karena saat kita belajar menyukai dan mencintai apa yang kita kerjakan, pasti hasilnya akan maksimal.
"Chayoooooo!!^^
11 Maret 2010
Desy Christina M
Kamis, 04 Maret 2010
Hasil Diskusi Kelompok L; Kuliah online NIM Genap
Jawab: Menurut kelompok kami, psikologi pendidikan memandang bahwa seharusnya tidak perlu terjadi apabila peserta didik dan pendidik itu sendiri dapat memandang bahwa manusia adalah individu yang memiliki kepribadian, motivasi, dan kemampuan pribadi yang berbeda. Karenanya penggunaan media pembelajaran modern ataupun tidak, haruslah tetap melalui pendekatan humanis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping
memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan
secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Dengan kata lain, siswa harus dihargai harkat kemanusiaannya dan diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Berdasarkan teori sistem oleh B.F Skinner yang menjadi dasar rancangan desain sistem pembelajaran dalam teknologi pembelajaran, bagaimanakah pandangan psikologi pendidikan akan kajian tersebut dan kehadiran psikologi pembelajaran didalamnya?
Jawab: Menurut kelompok kami, berdasarkan teori Skinner yang menjadi dasar pengembangannya, teori ini menghadirkan psikologi pembelajaran sebagai aplikasi dari nilai-nilai sistem belajar berbasis teknologi yang merupakan prosedur terorganisir yang meliputi : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran). Psikologi pendidikan memandang bahwa dalam kajian ini Teknologi dan peserta didik haruslah berbarengan dan dapat disimulasikan secara simultan dengan sedemikian rupa agar dapat teraplikasi merata dan baik. Hal ini untuk menstimulasi pendidik dan peserta didik untuk “sadar” dan dapat membentuk citra personal yang membantu perkembangan proses belajar mengajar.
Di tengah berkembangnya sistem pembelajaran yang memadukan instruksi pengajaran “teacher-centered” dengan “learner-centered”, maka model pembelajaran manakah yang cocok untuk diterapkan?
Jawab: Sistem pengajaran yang memadukan instruksi pengajaran “teacher-centered” dengan “learner-centered” dilakukan guna mengatasi beberapa kekurangan dalam sistem “learner-centered”, misalnya kendala teknis seperti penguasaan peserta didik akan teknologi serta ketersediaan teknologi itu sendiri (ketersediaan laptop, situs pembelajaran, internet, dsb.). Sehingga diperlukan variasi dalam menerapkan modul pembelajaran untuk mendukung perpaduan instruksi pengajaran “teacher-centered” dengan “learner-centered”. Karena itu, menurut kelompok kami, ketiga jenis modul pembelajaran yakni modul pembelajaran langsung, koorperatif, dan modul pembelajaran berdasarkan masalah harus dipadukan. Modul pembelajaran langsung biasanya dipakai dala sistem “teacher-centered”, sedangkan modul pembelajaran kooperatif biasa diaplikasikan pada sistem “teacher-centered”. Modul pembelajaran berdasarkan masalah dapat diaplikasikan pada keduanya. Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran berdasarkan masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin.
Variasi ketiganya dapat dilakukan dengan cara berikut: pada awal pertemuan, guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai materi yang akan dibahas ataupun memberikan ceramah singkat mengenai materi yang akan diajarkan (modul pembelajaran langsung). Lalu guru memberikan sebuah pertanyaan esensial ataupun contoh kasus (modul pembelajaran berdasarkan masalah) yang akan dipecahkan oleh peserta didik secara berkelompok dengan menggunakan teknologi ataupun bahan literature yang dieksplor sendiri oleh mereka(modul pembelajaran kooperatif).
Referensi:
Munir.2008.Kurikulum Berbasis TIK.Bandung:Penerbit Alfabeta.
Santrock, J.W.2008.Psikologi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta:Kencana Prenada Media Group
http://sweetyhome.files.wordpress.com/2009/08/berkas-cooperative-learning2.pdf
http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/ragam-model-pembelajaran.html
www.freewebs.com/santyasa/pdf2/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf -
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/
http://e-pendidikan.com/a-v.html
Testimoni
Susi Trisnawaty 09-026
“Ini adalah hari yang sangat menegangkan karena keterbatasan laptop dan koneksi sehingga tidak dapat mengikuti kuliah on-line secara langsung, hanya bisa menatap dari belakang.”
Desy Christina 09-042
“Saya sangat tertantang atas kesulitan tugas yang diberikan pada hari ini. Tetapi, saya tetap semangat!!!!…
Terima kasih buat ibu yang telah memberikan tugas, dan terima kasih buat teman-tenan kelompok ku yang baik, karena telah membantuku..hehehe”
Antony 09-052
“Saya benar-benar bingung, sebenarnya saya merasa tertantang dan rasanya menyenangkan”
Margaretha Novitasari 09-076
“Awalnya sih merasa bingung, apalagi ditambah dengan koneksi internet yang kurang mendukung. Tapi pada akhirnya cukup menarik.”
Niputu Defi 09-090
“Menyenangkan sekaligus memabukkan”
Jumat, 26 Februari 2010
Tugas Proyek Kecil
Proposal yang lebih lanjut silakan klik Proyek
26 Februari 2010
Kelompok L:
091301026 Susi Trisnawaty
091301042 Desy C.M.
091301052 Antony
091301076 Margareth N.S.
091301090 Niputu Defi
Kamis, 25 Februari 2010
Generasi Ubiquitous Computing Terhadap E-learning;Tugas 2
Kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah banyak memberikan warna dalam kehidupan manusia. Perkembangannya yang begitu pesat, membuat manusia seolah – olah harus ”berlari” untuk mencapai berbagai kemajuan yang ditawarkan oleh IPTEK ini. Perkembangan itu bukan hanya berlangsung dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit, atau detik, terutama yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) yang ditunjang oleh teknologi elektronika. Istilah Teknologi Informasi dan Teknologi ini memberikan makan bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer ( perangkat keras dan perangkat lunak ) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Dengan kata lain, teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi, sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi (information delivery) .
Setiap orang pasti telah merasakan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi yang ada. Misalnya, masyarakat dari berbagai macam usia dan golongan sangat dibantu dengan adanya informasi – informasi yang up to date , dari info dunia kesehatan, pendidikan, rohani, rekreasi, hobi, bisnis, dan masih banyak lagi, hanya dengan sekali ”klik”. Meskipun banyak hal positif yang didapat dengan hadirnya IPTEK, namun tetap saja pengaruh negatif , seperti pergeseran nilai moral, norma, tetap terjadi, yang
tentunya bertentangan dengan nilai yang dianut masyarakat.
B, Perkembangan Komputer
Selain IPTEK, kemajuan yang pesat juga terjadi dalam bidang elektronika, yang menyebabkan komputer juga mengalami berbagai perkembangan , sesuai dengan perannya sebagai perangkat utama dalam menjejaki dunia IPTEK.
Jika kita termasuk orang yang care terhadap keberadaan komputer, tentunya kita tahu bagaimana perkembangan perangkat ini, dari generasi ke generasi.
Generasi pertama menghadirkan komputer dengan ukuran besar , lambat, memerlukan pendingin yang kuat, serta memori yang tidak sebanding dengan ukurannya. Komputer generasi ini digunakan bersama – sama oleh banyak orang, dengan kata lain satu komputer untuk semua. Setelah itu muncul generasi kedua, yang merupakan era diaman kita berada sekarang, yaitu era Personal Computer (PC), yang artinya satu komputer untuk satu orang. Selanjutnya para ahli mencoba merancang satu generasi lagi yang disebut Ubiquitous Computing.
Apa itu Ubiquitous Computing ?
Secara harafiah, Ubiquitous berarti ”ada dimana-mana”. Jika digabungkan dengan kata Computing, maka makna ”kasar”nya komputasi yang ada dimana – mana. Istilah Ubiquitous Computing pertama kali dimunculkan oleh Mark Weiser, seorang peneliti senior pada Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun 1988.
Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer, maka ubiquitous computing akan memaksa komputer eksis di dunia manusia.
Bila pada generasi pertama kita menemukan komputer dengan ukuran raksasa, dan digunakan secara bersama – sama (one computer for many person), dan pada generasi kedua perkembangan komputer, kita mengenal istilah Personal Computer (PC), atau satu komputer untuk satu pribadi, maka pada generasi ketiga, ubiquitous computing , kita menemukan, bahwa manusia dapat melakukan interaksi dengan banyak komputer (one person for many computer). Dengan kata lain, manusia dianalogikan sebagai computer client yang terhubung dalam satu server,
Bagaimana ini bisa terjadi? Sadar atau tidak, sebenarnya program generasi ketiga ini telah di masukkan secara perlahan – lahan dalam lingkungan masyarakat. Misalnya, kegunaan komputer sudah dapat kita lihat melalui fasilitas yang tersedia didalam handphone, televisi, tape recorder, mesin cuci, mobil, eskalator / lift, mesin ATM, dsb, menunjukkan bahwa ubiquitous computing mulai merambah dalam lingkungan masyarakat, meskipun masih dalam skala yang kecil.
C. Ubiquitous Computing dalam Dunia Pendidikan
(e-learning)
Seperti halnya IPTEK, TIK, dan komputer yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, demikianlah juga halnya dengan dunia pendidikan yang selalu mencoba menciptakan program – program dan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas para generasi muda (pelajar/mahasiswa). Hal ini tentunya bertujuan untuk melahirkan lulusan – lulusan yang siap bersaing dengan tuntutan IPTEK yang ada, serta memiliki life skill yang telah menjadi syarat penting dalam dunia pekerjaan.
Kehadiran e-learning dalam dunia pendidikan, menjadikan proses belajar – mengajar menjadi sesuatu yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Kata ”e” pada e-learning berarti elektronik, sedangkan learning merupakan suatu pembelajaran yang sering dikaitkan dengan dunia pendidikan. Oleh sebab itu, e-learning merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan media elektronika. Misalnya melalui komputer, cassete tape, televisi, video, dsb. Ciri khas e-learning adalah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pembelajaran dapat dilakukan dengan mengakses informasi kapan saja dan dimana saja, melalui teknologi informasi yang tersedia melalui jaringan internet.
Sebagaimana yang kita ketahui selama ini, keberhasilan e-learning sangat dipengaruhi oleh daya beli pendidik dan peserta didik, dengan menyediakan komputer, laptop , modem untuk mengakses informasi melalui internet. Hal ini tentunya sulit untuk disediakan oleh pendidik maupun peserta didik.
Masalah ini dapat dijawab dengan kehadiran ubiquitous computing, dimana perangkat computer baru ini diyakini lebih cocok untuk pendidikan, dibandingkan dengan Personal Computer (PC). Perangkat baru ini dapat disediakan kepada lebih banyak murid daripada komputer dekstop, serta dipasangkan dengan jaringan yang murah, dan dapat memampukan peserta didik untuk membawa perangkat ini ke lapangan dalam membantu menyelesaikan suatu tugas dan bisa dibawa pulang, sehingga pemakaiannya tidak dibatasi oleh tempat.
Oleh karena itu, kehadiran generasi ketiga ini sangat membantu dalam pelaksanaan program e-learning . Kesuksesan dalam pelaksanaane-learning juga turut mensukseskan sistem pendidikan yang ada.
Kamis, 25 Februari 2010
Desy Christina M
Daftar Pustaka
1.Munir.2008.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung:CV Alfabeta.
2.Santrock,John W.2008.Educational Psychology.New York:McGraw-hill Company,Inc.
Kamis, 11 Februari 2010
Tugas 1: Pandangan Positif Membentuk Citra Diri yang Positif
Saya pernah mendengar pepatah bijak mengatakan “ Dirimu adalah apa yang kamu pikirkan “. Awalnya saya tidak terlalu menggubris pernyataan tersebut. Namun jika dipikir kembali,pernyataan tersebut benar adanya.
Berpikir positif bukanlah sebuah kemampuan yang telah dibawa sejak lahir (nurture), tetapi hal tersebut merupakan sebuah pilihan, dimana setiap orang memilikikehendak bebas didalamnya.
Ketika saya mengalami kegagalan dalam melakukan sebuah tanggung jawab, saya sering merasa down dan bepikir bahwa diri saya adalah benar-benar orang yang gagal. Pertanyaannya,”Apakah perasaan tersebut membuat saya menjadi lebih baik?” Jawabannya tentu tidak. Saya seolah-olah menghukum diri saya sendiri, melalui pemikiran yang sama sekali tidak membangun karakter saya menjadi lebih baik. Saya menjadi orang yang terkesan perfeksionis, merasa harus menyenangkan semua orang, takut mencoba sesuatu yang baru, karena takut mengalami kegagalan. Hal tersebut sama sekali tidak membawa dampak yang positif bagi pribadi saya. Usia remaja merupakan usia yang sangat rentan mengalami hal ini. Namun tetap saja semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengalaminya. Apalagi bila pencapaian sebuah prestasi dikaitkan dengan sebuah harga diri. Pada masa ini, seseorang akan mudah mengalami frustasi ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan, seperti yang kadang-kadang saya alami.
”Apa yang terjadi jika pandangan negatif ini terus menerus dibiarkan? Saya yakin itu tentu akan membawa dampak yang negatif dalam pembentukan kepribadian dan temperamen seseorang.
A.Kepribadian dan Temperamen
Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, perilaku tertentu yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Ada lima besar faktor dalam kepribadian, yang merupakan ciri bawaan yang paling menonjol, yang dianggap bisa mendeskripsikan dimensi utama dari kepribadian tersebut:opennes, extraversion, conscientiousness, agreeableness, neuroticm. Beberapa kompone diatas akan mengalami ketidakseimbangan, ketika sebuah pandangan negatif telah ”ditanam” dalam kepribadian seseorang. Ketidakpercayaan diri, rasa curiga, menutup diri, kecemasan terhadap penolakan, merupakan beberapa contoh dari dampak negatif tersebut. Sebalikny, pandangan positif dapat merangsang terbentuknya kepribadian yang positif pula.
Sedangkan temperamen berkaitan erat dengan kepribadian dan dengan gaya belajar dan berpikir.
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan dan respon. Beberapa bertemperamen aktif, sedangkan yang lain tenang. Beberapa orang merespon orang lain dengan hangat, sedangkan yang lain bersifat cuek dan dingin. Seseorang dengan temperamen tenang memiliki mood yang positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. Sebaliknya, seseorang dengan temperamen yang sulit, cenderung bereaksi negatif, agresif, kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru. Tak jarang temperamen sulit ini menimbulkan masalah bagi seorang individu. Kecemasan, depresi yang mendalam, mudah tersinggung, serta rentan terhadap penolakan pada diri sendiri. Perasaan ini dapat menghantar seseorang melakukan tindakan ”diluar kendali”, seperti penyalahgunaan narkoba.
Hal ini jelas sekali meberitahu kita bahwa pembentukan kepribadian (citra diri) yang positif berawal dari menghargai diri sendiri, serta menerima keadaan diri secara positif. Selain pengaruh internal, pengaruh external juga dapat membangun citra diri yang positif tersebut. Misalnya pemberian motivasi pada orang-orang yang mengalami kegagalan dan keputusasaan hidup.Selain itu,komunikasi juga berperan penting didalamnya.
B. Motivasi dan Komunikasi
Motivasi merupakan proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, dan bertahan lama.
Motivasi menjadi sangat berarti dalam membangun serta memacu efektifitas seseorang dalam mengembangkan kepribadian, potensi serta kualitas positif yang dimiliki seorang individu. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow, yang disebut Perspektif Humanistis dan Aktualisasi Diri.
Selain motivasi, komunikasi dengan orang-orang terdekat menjadi sangat penting. Dalam komunikasi timbal balik, seseorang diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses belajar, baik mental, intelektual, emosional, maupun fisik agar mampu mencari dan menemukan pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta mendorong seseorang untuk belajar sesuai dengan tujuan, mengembangkan rasa percaya diri(self-confident), rasa bisa melakukan sesuatu, rasa berguna (bisa menyumbangkan sesuatu), rasa memiliki, dan rasa berdaya (memiliki kendali atas masa sepannya sendiri).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan citra diri yang positif pada diri seseorang, selain dipengaruhi oleh pandangan seorang individu terhadap dirinya sendiri, juga dipengaruhi oleh motivasi dan komunikasi, dimana orang lain berperan didalamnya. Motivasi dan komunikasi sangat membantu seorang individu dalam menciptakan dan menanamkan aktualisasi diri serta citra diri yang positif bagi seorang individu.
Referensi:
- DR.Munir,M.IT.Kurikulum Berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi.2008.Bandung:Alfabeta.
- Jhon W Santrock.ed.2;Psikologi Pendidikan.2008.Jakarta:Kencana.
11 Februari 2010
Senin, 08 Februari 2010
Hasil diskusi 1
Hasil Diskusi
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat dan penilaian kelompok Anda sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mk.psikologi pendidikan 3 sks TA.2009/2010 harus memiliki e-mail dan blog, ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia,Medan khususnya! :
Jawaban:
Menurut kelompok kami, kewajiban mahasiswa memiliki e-mail dan blog sangat efektif dalam mengaitkan proses belajar-mengajar dengan pengetahuan yang berbasis teknologi. Apalagi teknologi(dalam hal ini e-mail dan blog) dapat menjadi wadah antara dosen dan mahasiswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam menanggulangi minimnya kesempatan bertatap muka dalam proses belajar-mengajar. Hal ini dikarenakan program pendidikan bertujuan menyiapkan peserta didik dalam melaksanakan perannya di masa mendatang. Hal ini juga dibarengi dengan pengajar yang membentuk kemampuan adaptasi terhadap keadaan dan tantangan dalam life skills yang didasarkan pada konsep belajar untuk tahu, untuk bisa, dan belajar hidup serta menjadi dirinya sendiri.
Sedangkan dapat kita lihat, sosialisasian penggunaan e-mail dan blog di dalam sistem pendidikan di kota Medan masih relatif kurang. Oleh sebab itu, pengenalan serta penggunaan e-mail dan blog pada mata kuliah Psikologi Pendidikan sangat membantu mahasiswa khususnya dalam mensosialisasikan fasilitas ini. Diharapkan di tengah ledakan perkembangan iptek sekarang sumber daya manusia Indonesia menjadi sumber daya manusia yang produktif dan “melek” teknologi.