A. Pengantar
Kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah banyak memberikan warna dalam kehidupan manusia. Perkembangannya yang begitu pesat, membuat manusia seolah – olah harus ”berlari” untuk mencapai berbagai kemajuan yang ditawarkan oleh IPTEK ini. Perkembangan itu bukan hanya berlangsung dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit, atau detik, terutama yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) yang ditunjang oleh teknologi elektronika. Istilah Teknologi Informasi dan Teknologi ini memberikan makan bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer ( perangkat keras dan perangkat lunak ) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Dengan kata lain, teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi, sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi (information delivery) .
Setiap orang pasti telah merasakan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi yang ada. Misalnya, masyarakat dari berbagai macam usia dan golongan sangat dibantu dengan adanya informasi – informasi yang up to date , dari info dunia kesehatan, pendidikan, rohani, rekreasi, hobi, bisnis, dan masih banyak lagi, hanya dengan sekali ”klik”. Meskipun banyak hal positif yang didapat dengan hadirnya IPTEK, namun tetap saja pengaruh negatif , seperti pergeseran nilai moral, norma, tetap terjadi, yang
tentunya bertentangan dengan nilai yang dianut masyarakat.
B, Perkembangan Komputer
Selain IPTEK, kemajuan yang pesat juga terjadi dalam bidang elektronika, yang menyebabkan komputer juga mengalami berbagai perkembangan , sesuai dengan perannya sebagai perangkat utama dalam menjejaki dunia IPTEK.
Jika kita termasuk orang yang care terhadap keberadaan komputer, tentunya kita tahu bagaimana perkembangan perangkat ini, dari generasi ke generasi.
Generasi pertama menghadirkan komputer dengan ukuran besar , lambat, memerlukan pendingin yang kuat, serta memori yang tidak sebanding dengan ukurannya. Komputer generasi ini digunakan bersama – sama oleh banyak orang, dengan kata lain satu komputer untuk semua. Setelah itu muncul generasi kedua, yang merupakan era diaman kita berada sekarang, yaitu era Personal Computer (PC), yang artinya satu komputer untuk satu orang. Selanjutnya para ahli mencoba merancang satu generasi lagi yang disebut Ubiquitous Computing.
Apa itu Ubiquitous Computing ?
Secara harafiah, Ubiquitous berarti ”ada dimana-mana”. Jika digabungkan dengan kata Computing, maka makna ”kasar”nya komputasi yang ada dimana – mana. Istilah Ubiquitous Computing pertama kali dimunculkan oleh Mark Weiser, seorang peneliti senior pada Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun 1988.
Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer, maka ubiquitous computing akan memaksa komputer eksis di dunia manusia.
Bila pada generasi pertama kita menemukan komputer dengan ukuran raksasa, dan digunakan secara bersama – sama (one computer for many person), dan pada generasi kedua perkembangan komputer, kita mengenal istilah Personal Computer (PC), atau satu komputer untuk satu pribadi, maka pada generasi ketiga, ubiquitous computing , kita menemukan, bahwa manusia dapat melakukan interaksi dengan banyak komputer (one person for many computer). Dengan kata lain, manusia dianalogikan sebagai computer client yang terhubung dalam satu server,
Bagaimana ini bisa terjadi? Sadar atau tidak, sebenarnya program generasi ketiga ini telah di masukkan secara perlahan – lahan dalam lingkungan masyarakat. Misalnya, kegunaan komputer sudah dapat kita lihat melalui fasilitas yang tersedia didalam handphone, televisi, tape recorder, mesin cuci, mobil, eskalator / lift, mesin ATM, dsb, menunjukkan bahwa ubiquitous computing mulai merambah dalam lingkungan masyarakat, meskipun masih dalam skala yang kecil.
C. Ubiquitous Computing dalam Dunia Pendidikan
(e-learning)
Seperti halnya IPTEK, TIK, dan komputer yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, demikianlah juga halnya dengan dunia pendidikan yang selalu mencoba menciptakan program – program dan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas para generasi muda (pelajar/mahasiswa). Hal ini tentunya bertujuan untuk melahirkan lulusan – lulusan yang siap bersaing dengan tuntutan IPTEK yang ada, serta memiliki life skill yang telah menjadi syarat penting dalam dunia pekerjaan.
Kehadiran e-learning dalam dunia pendidikan, menjadikan proses belajar – mengajar menjadi sesuatu yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Kata ”e” pada e-learning berarti elektronik, sedangkan learning merupakan suatu pembelajaran yang sering dikaitkan dengan dunia pendidikan. Oleh sebab itu, e-learning merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan media elektronika. Misalnya melalui komputer, cassete tape, televisi, video, dsb. Ciri khas e-learning adalah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pembelajaran dapat dilakukan dengan mengakses informasi kapan saja dan dimana saja, melalui teknologi informasi yang tersedia melalui jaringan internet.
Sebagaimana yang kita ketahui selama ini, keberhasilan e-learning sangat dipengaruhi oleh daya beli pendidik dan peserta didik, dengan menyediakan komputer, laptop , modem untuk mengakses informasi melalui internet. Hal ini tentunya sulit untuk disediakan oleh pendidik maupun peserta didik.
Masalah ini dapat dijawab dengan kehadiran ubiquitous computing, dimana perangkat computer baru ini diyakini lebih cocok untuk pendidikan, dibandingkan dengan Personal Computer (PC). Perangkat baru ini dapat disediakan kepada lebih banyak murid daripada komputer dekstop, serta dipasangkan dengan jaringan yang murah, dan dapat memampukan peserta didik untuk membawa perangkat ini ke lapangan dalam membantu menyelesaikan suatu tugas dan bisa dibawa pulang, sehingga pemakaiannya tidak dibatasi oleh tempat.
Oleh karena itu, kehadiran generasi ketiga ini sangat membantu dalam pelaksanaan program e-learning . Kesuksesan dalam pelaksanaane-learning juga turut mensukseskan sistem pendidikan yang ada.
Kamis, 25 Februari 2010
Desy Christina M
Daftar Pustaka
1.Munir.2008.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung:CV Alfabeta.
2.Santrock,John W.2008.Educational Psychology.New York:McGraw-hill Company,Inc.
Kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah banyak memberikan warna dalam kehidupan manusia. Perkembangannya yang begitu pesat, membuat manusia seolah – olah harus ”berlari” untuk mencapai berbagai kemajuan yang ditawarkan oleh IPTEK ini. Perkembangan itu bukan hanya berlangsung dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit, atau detik, terutama yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) yang ditunjang oleh teknologi elektronika. Istilah Teknologi Informasi dan Teknologi ini memberikan makan bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer ( perangkat keras dan perangkat lunak ) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Dengan kata lain, teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi, sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi (information delivery) .
Setiap orang pasti telah merasakan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi yang ada. Misalnya, masyarakat dari berbagai macam usia dan golongan sangat dibantu dengan adanya informasi – informasi yang up to date , dari info dunia kesehatan, pendidikan, rohani, rekreasi, hobi, bisnis, dan masih banyak lagi, hanya dengan sekali ”klik”. Meskipun banyak hal positif yang didapat dengan hadirnya IPTEK, namun tetap saja pengaruh negatif , seperti pergeseran nilai moral, norma, tetap terjadi, yang
tentunya bertentangan dengan nilai yang dianut masyarakat.
B, Perkembangan Komputer
Selain IPTEK, kemajuan yang pesat juga terjadi dalam bidang elektronika, yang menyebabkan komputer juga mengalami berbagai perkembangan , sesuai dengan perannya sebagai perangkat utama dalam menjejaki dunia IPTEK.
Jika kita termasuk orang yang care terhadap keberadaan komputer, tentunya kita tahu bagaimana perkembangan perangkat ini, dari generasi ke generasi.
Generasi pertama menghadirkan komputer dengan ukuran besar , lambat, memerlukan pendingin yang kuat, serta memori yang tidak sebanding dengan ukurannya. Komputer generasi ini digunakan bersama – sama oleh banyak orang, dengan kata lain satu komputer untuk semua. Setelah itu muncul generasi kedua, yang merupakan era diaman kita berada sekarang, yaitu era Personal Computer (PC), yang artinya satu komputer untuk satu orang. Selanjutnya para ahli mencoba merancang satu generasi lagi yang disebut Ubiquitous Computing.
Apa itu Ubiquitous Computing ?
Secara harafiah, Ubiquitous berarti ”ada dimana-mana”. Jika digabungkan dengan kata Computing, maka makna ”kasar”nya komputasi yang ada dimana – mana. Istilah Ubiquitous Computing pertama kali dimunculkan oleh Mark Weiser, seorang peneliti senior pada Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun 1988.
Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer, maka ubiquitous computing akan memaksa komputer eksis di dunia manusia.
Bila pada generasi pertama kita menemukan komputer dengan ukuran raksasa, dan digunakan secara bersama – sama (one computer for many person), dan pada generasi kedua perkembangan komputer, kita mengenal istilah Personal Computer (PC), atau satu komputer untuk satu pribadi, maka pada generasi ketiga, ubiquitous computing , kita menemukan, bahwa manusia dapat melakukan interaksi dengan banyak komputer (one person for many computer). Dengan kata lain, manusia dianalogikan sebagai computer client yang terhubung dalam satu server,
Bagaimana ini bisa terjadi? Sadar atau tidak, sebenarnya program generasi ketiga ini telah di masukkan secara perlahan – lahan dalam lingkungan masyarakat. Misalnya, kegunaan komputer sudah dapat kita lihat melalui fasilitas yang tersedia didalam handphone, televisi, tape recorder, mesin cuci, mobil, eskalator / lift, mesin ATM, dsb, menunjukkan bahwa ubiquitous computing mulai merambah dalam lingkungan masyarakat, meskipun masih dalam skala yang kecil.
C. Ubiquitous Computing dalam Dunia Pendidikan
(e-learning)
Seperti halnya IPTEK, TIK, dan komputer yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, demikianlah juga halnya dengan dunia pendidikan yang selalu mencoba menciptakan program – program dan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas para generasi muda (pelajar/mahasiswa). Hal ini tentunya bertujuan untuk melahirkan lulusan – lulusan yang siap bersaing dengan tuntutan IPTEK yang ada, serta memiliki life skill yang telah menjadi syarat penting dalam dunia pekerjaan.
Kehadiran e-learning dalam dunia pendidikan, menjadikan proses belajar – mengajar menjadi sesuatu yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Kata ”e” pada e-learning berarti elektronik, sedangkan learning merupakan suatu pembelajaran yang sering dikaitkan dengan dunia pendidikan. Oleh sebab itu, e-learning merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan media elektronika. Misalnya melalui komputer, cassete tape, televisi, video, dsb. Ciri khas e-learning adalah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pembelajaran dapat dilakukan dengan mengakses informasi kapan saja dan dimana saja, melalui teknologi informasi yang tersedia melalui jaringan internet.
Sebagaimana yang kita ketahui selama ini, keberhasilan e-learning sangat dipengaruhi oleh daya beli pendidik dan peserta didik, dengan menyediakan komputer, laptop , modem untuk mengakses informasi melalui internet. Hal ini tentunya sulit untuk disediakan oleh pendidik maupun peserta didik.
Masalah ini dapat dijawab dengan kehadiran ubiquitous computing, dimana perangkat computer baru ini diyakini lebih cocok untuk pendidikan, dibandingkan dengan Personal Computer (PC). Perangkat baru ini dapat disediakan kepada lebih banyak murid daripada komputer dekstop, serta dipasangkan dengan jaringan yang murah, dan dapat memampukan peserta didik untuk membawa perangkat ini ke lapangan dalam membantu menyelesaikan suatu tugas dan bisa dibawa pulang, sehingga pemakaiannya tidak dibatasi oleh tempat.
Oleh karena itu, kehadiran generasi ketiga ini sangat membantu dalam pelaksanaan program e-learning . Kesuksesan dalam pelaksanaane-learning juga turut mensukseskan sistem pendidikan yang ada.
Kamis, 25 Februari 2010
Desy Christina M
Daftar Pustaka
1.Munir.2008.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung:CV Alfabeta.
2.Santrock,John W.2008.Educational Psychology.New York:McGraw-hill Company,Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar